Sehatnews.id – Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit tidak menular (PTM) terbanyak di Indonesia, yakni serangan jantung dan stroke. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 18 tahun mencapai 34,1 persen. Berarti, satu dari tiga orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi. Seseorang disebut menderita hipertensi bila tekanan sistolik >140 mmHg, dan diastolik >90 mmHg.
Ada banyak faktor penyebab hipertensi, di antaranya genetik, usia, konsumsi makanan tinggi garam, atau kurang olahraga. Padahal, hipertensi memiliki risiko komplikasi ke lima organ penting: otak (stroke), mata (retinopati hipertensi), jantung (penyakit jantung koroner sampai dengan gagal jantung), ginjal (gagal ginjal kronis), dan pembuluh darah perifer. Namun, hipertensi bisa dikelola agar tidak berujung komplikasi dengan rutin minum obat.
Dalam acara bertajuk “Kelas Online Penuh Inspirasi Sehat” yang digelar Minggu (2/5/2021), dr. Michael Triangto, Sp.KO, menjelaskan bahwa berlatih fisik secara rutin dan teratur akan memperkuat jantung sehingga organ vital ini bisa memompa darah dengan lebih mudah. “Dengan jantung tidak perlu bekerja keras, tekanan pada pembuluh darah akan turun sehingga tekanan darah akan lebih rendah, dan kita terhindar dari risiko hipertensi,” ujar dokter spesialis kesehatan olahraga di klinik Slim and Health Sports Therapy itu.
Latihan fisik adalah salah satu kunci penting untuk menurunkan tekanan darah. Kementerian Kesehatan menganjurkan untuk melakukan latihan fisik rutin dan teratur lima kali seminggu, dengan total 150 menit per minggu. Latihan fisik sebaiknya menggabungkan antara latihan kardio, kekuatan, dengan fleksibilitas. Penderita hipertensi juga perlu memahami rambu-rambu tertentu agar mendapat manfaat maksimal dan kondisinya tetap aman.
“Mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik jenis aerobik dengan intensitas ringan hingga sedang, misalnya berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang. Melakukan latihan fisik terlampau berat justru bisa berbahaya bagi penderita hipertensi. Tekanan darah dan denyut jantung menjadi tidak terkontrol, dan akibatnya bisa fatal,” paparnya.
Menurutnya, penting untuk memonitor tekanan darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen selama berolahraga. Di masa pandemi Covid-19, paling baik berolahraga sendiri dan hindari kerumunan. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati hipertensi. Untuk menghindari hipertensi, biasakan pola hidup sehat sejak muda, yakni berhenti merokok, hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, cukup istirahat, serta kelola stres. (sar)