Sehatnew.id – Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa vaksinasi dapat menyelamatkan jutaan nyawa dan diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling sukses dan hemat biaya di dunia. Sayangnya, pandemi Covid-19 meningkatkan tantangan dalam layanan imunisasi rutin karena adanya pembatasan mobilitas yang berdampak penurunan cakupan vaksinasi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam webinar “Pekan Imunisasi Dunia 2021: Bersatu Bebaskan Negeri” yang digelar Sabtu (8/5/2021), menyebut pentingnya vaksinasi dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit karena 80 persen pembiayaan BPJS Kesehatan diperuntukkan di sektor kuratif. “Khusus di masa pandemi, biaya pencegahan untuk membeli vitamin dan lain-lain misalnya kurang dari satu juta rupiah, sedangkan biaya pasien positif Covid-19 mencapai puluhan juta. Lebih baik melakukan tindakan promotif-preventif daripada kuratif,” ujar Menkes.
Sementara itu, dalam webinar bertema “Pentingnya Vaksinasi untuk #LindungikuLindungimu di Era Covid-19” yang digelar Jumat (23/4/2021), Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI., Ketua Umum Perhimpunan Dokter Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni), menyebut bahwa pandemi berpengaruh terhadap jadwal dan tata cara pelayanan imunisasi di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya. “Sejak 2000, vaksinasi menyelamatkan 37 juta jiwa di negara berpendapatan rendah dan menengah. Pengendalian penyakit menular melalui vaksinasi juga berperan penting dalam meningkatkan angka harapan hidup hingga 25 tahun,” katanya.
Diungkapkan, vaksin bekerja membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit tertentu secara efektif dan spesifik, di antaranya cacar, campak, difteri, batuk rejan (pertusis), dan polio. Imunisasi adalah cara sederhana dan efektif yang tidak hanya melindungi individu, tetapi juga komunitas yang lebih luas dengan meminimalkan penyebaran penyakit. Di era pandemi, secara khusus Peralmuni berkomitmen mengingatkan semua orang untuk tidak menunda jadwal vaksinasi Covid-19 demi tercapainya herd immunity.
Namun, Kepala Kelompok Penasihat Teknis Indonesia untuk Imunisasi (ITAGI), Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), mendapati banyak orangtua khawatir mendatangi fasilitas kesehatan untuk memberikan imunisasi dasar bagi anaknya di tengah pandemi Covid-19, “Padahal imunisasi dasar penting bagi bayi dan anak sampai umur 18 bulan. Bila bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, dikhawatirkan terjadi wabah penyakit yang mengakibatkan banyak anak sakit berat, cacat, atau meninggal. Edukasi perlu terus digalakkan, terutama untuk masyarakat yang masih ragu pentingnya vaksinasi.”
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap rendahnya cakupan vaksinasi adalah kebijakan pembatasan kerumunan, kekurangan sumber daya manusia di fasilitas kesehatan, serta pengalihan sumber daya manusia kesehatan anak untuk mengatasi pandemi Covid-19. Kekhawatiran ini tanpa alasan karena saat ini sudah banyak fasilitas kesehatan yang memisahkan area layanan vaksinasi untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19. (sar)