sehatnew.id – Mutasi virus merupakan kejadian alami. Semua virus, tak terkecuali corona, dapat berubah setiap saat menjadi strain yang berbeda dengan karakteristik berbeda pula. Apabila virus masuk ke tubuh manusia akan berkembang biak secara cepat. Setiap kali virus memperbanyak diri ada kemungkinan berubah menjadi varian baru.
Mutasi virus memang tidak selalu berkaitan dengan keganasan, karena mutasi adalah cara virus beradaptasi dengan lingkungan supaya bisa survive. Namun, mutasi virus corona tetap harus diwaspadai, karena bisa menjadi ancaman tersendiri.
Kementerian Kesehatan RI belum lama ini merilis bahwa ada tiga jenis varian baru virus corona yang sudah masuk ke Indonesia, yaitu varian B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan B1617 dari India. Di Indonesia B117 terdeteksi ada di Jawa Barat (5 kasus), Sumatera Utara (2), Sumatera Selatan (1), Banten (1), Jawa Timur (1), Bali (1), dan Kalimantan Timur (1). Untuk varian B1617 sudah terdeteksi kasusnya di DKI Jakarta dan Kepulauan Riau, masing-masing 1 kasus, sedangkan B1351 ditemukan 1 kasus di Bali.
Seberapa fatal dampak dari virus corona varian baru ini?
Menurut laman bhf.org.uk. varian B117 pertama kali ditemukan pada September 2020 di Kent, Inggris. Varian ini menyebabkan terjadinya lonjakan kasus di Inggris. Saat ini B117 menjadi strain yang dominan di Inggris dan sudah menyebar ke lebih 50 negara, salah satunya Indonesia.
Berdasarkan studi di Universitas Exeter dan Universitas Bristol, keduanya di Inggris, B117 terkait dengan kondisi keparahan pasien sehingga harus dirawat di rumah sakit, dan juga meningkatkan risiko kematian, dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Studi tersebut menguji sampel dari 54.906 orang yang terdeteksi positif B117 dibandingkan dengan mereka yang positif Covid-19 dengan strain lain. Hasilnya menunjukkan, terjadi 227 kematian pada mereka yang positif B117, sementara pada kelompok bukan B117 terdapat 141 kematian. Itu artinya risiko kematian akibat varian Inggris ini 64 persen lebih tinggi.
Sejumlah riset lain menyatakan bahwa risiko kematian akibat infeksi B117 sekitar 30 persen lebih tinggi ketimbang varian sebelumnya.
Terkait risiko infeksi, hasil riset oleh Public Health England menyatakan varian baru ini 30-50 persen lebih menginfeksi.
B1617 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Varian ini memicu terjadinya lonjakan kasus yang mengerikan di India. Masih dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah varian baru ini lebih ganas ketimbang varian sebelumnya. Yang pasti, varian ini sudah ada kasusnya di Indonesia.
Untuk varian Afsel (B1351) diketahui lebih cepat menyebar dan kini sudah terdeteksi setidaknya di 20 negera. Corona varian baru yang ditemukan pada Oktober 2020 ini juga menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karena dapat meningkatkan penularan, memicu infeksi parah, dan berdampak negatif pada kemanjuran (efikasi) vaksin. B1351 yang dijuliki ‘varian raja’ ini dikatakan dapat melemahkan perlindungan vaksin corona hingga 37 persen. (rin)