sehatnews.id-Nuansa khas padang pasir langsung terasa ketika pesawat mendarat di Kairo, Mesir. Di negeri inilah ribuan tahun silam terdapat sebuah peradaban maju. Piramida selama ribuan tahun menjadi bangunan tertinggi di dunia.
Dari bus pariwisata pemandangan masih diwarnai nuansa padang pasir. Menurut Salah, si pemandu wisata, 90 persen wilayah Negeri Piramid itu memang terdiri dari padang pasir. Ia lalu menunjukkan peta negaranya. Hanya di lembah Sungai Nil yang terlihat hijau. Sisanya padang pasir. Tak heran bila Nil menjadi anugerah buat negara itu. “Harga satu liter air di negara kami lebih mahal daripada satu liter bensin,” katanya.
Gedung-gedung bertingkat dan hotel baru terlewati di sepanjang jalan dari bandara. Namun mal tampaknya tidak jadi pusat kegiatan warga Kairo karena terlihat lengang. Tetapi tak beda dengan di Jakarta, di sini juga tampak anak-anak muda dengan komputer jinjing nongkrong menyeruput kopi berlogo warna hijau.
Kunjungan ke piramid baru terlaksana keesokan pagi. Sejatinya piramid terletak di dekat hotel. “Sebetulnya Anda bisa memandang piramid dari jendela hotel. Tetapi sayangnya Anda harus siap pukul 06.00 karena jadwal yang sangat padat,” ujar Salah.
Hari masih gelap ketika bus berangkat. Tur pertama ke tempat pembuat minyak esensial. “Kami ini harus bertahan di padang gurun jadi dapat menyembuhkan diri menggunakan minyak esensial,” kata pria pembuat minyak itu. Berbagai minyak khas diperlihatkan. Ia mengatakan bisa meracik minyak seharum parfum-parfum ternama.
Ketika hari terang kunjungan beralih ke tempat kertas papirus. Di masa sekarang kertas kuno itu digunakan sebagai media karya seni. Diperlihatkan cara pembuatan kertas dari tanaman yang tumbuh di Sungai Nil itu. Diperagakan betapa sulit menyobek atau memusnahkan kertas itu. Tak heran, selama ribuan tahun sejarah awet tercatat di kertas tersebut.
Sebelum memasuki kawasan piramid Salah memberi banyak informasi. “Ini daerah turis yang ramai. Berhati-hatilah,”sarannya. Dari kejauhan satu dari tujuh keajaiban dunia itu tampak mengesankan. Dengan ketinggian mencapai 146 meter, bangunan masif itu selama 3800 tahun pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia.
Tak seperti bayangan, ketika didekati permukaan piramid tidaklah rata. Lapisan luar makam raja Mesir itu sudah hilang hingga terlihat batu-batu penyusunnya.
Belum afdol rasanya sudah sampai di Mesir jika tak naik unta. Enaknya pergi dengan pemandu lokal, dia bisa membantu menawar sehingga mendapat harga yang masuk akal. Tanpa bantuan Salah tak jarang turis dijahili, unta dibiarkan berdiri terus sehingga turis tak bisa turun. Bayangkan, tetap duduk di punggung unta yang ketika berdiri tingginya kurang lebih 3 meter. Hmm…untung ada Salah. (lin)