sehatnews.id – Kasus anak yang positif Covid-19 relatif sedikit dibandingkan orang dewasa. Hanya saja, hal ini tidak boleh membuat orang tua lengah. Bila anak terkena Covid-19, pastikan segera dibawa ke dokter dan lakukan isolasi mandiri, meskipun anak tidak menunjukkan gejala.
Saat ibu yang membantu mengasuh kedua anaknya terdeteksi positif Covid-19, Tami beserta suami dan anak-anaknya, Kai (5), dan Ken (1,5), langsung melakukan tes. Hasilnya, Tami serta kedua anaknya positif tetapi suaminya negatif.
Ibunya kemudian dirawat inap di rumah sakit. Sementara ia dan kedua puteranya menjalani isolasi mandiri. “Mungkin kalau Kai dan Ken tidak diperiksa, kita enggak tahu kalau mereka positif. Soalnya kondisi mereka biasa saja, tidak ada gejala,” cerita Tami.
Berbeda dengan kedua anaknya yang tidak bergejala, Tami merasakan mual dan batuk. Ia mendapatkan obat untuk infeksinya. Begitu juga dengan anak-anaknya.
Oleh dokter yang menangani, anak-anaknya diberi vitamin D, suplemen untuk daya tahan tubuh, obat antivirus, dan satu jenis obat yang dia lupa namanya. Dokter juga memberikan obat antidemam serta obat batuk, jika sewaktu-waktu gejala tersebut muncul. Beruntung gejala itu tidak timbul.
Selain dengan obat dan suplemen vitamin, asupan makanan dengan banyak protein ditambahkan. Pemberian ASI untuk putera keduanya juga tetap diberikan.
Dua minggu setelah menjalani isolasi mandiri, Tami dan Kai dinyatakan negatif. Sementara Ken masih positif. “Hampir sebulan baru kemudian dinyatakan negatif,” jelasnya.
Tetap Harus Isoman
Kebanyakan anak dengan Covid-19, seperti disebutkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimtomatik) sama sekali. Meski tidak bergejala, mereka tetap bisa menyebarkan virusnya kepada orang lain. Itu sebabnya, isolasi mandiri tetap diperlukan.
Menurut Dr. Dewi Surya Kusuma, Sp.A, gejala dan tanda yang dialami anak yang mengalami Covid-19, umumnya lebih ringan. Walaupun begitu, tetap ditemukan jumlah virus dalam tubuh yang cukup banyak (meski tidak sebanyak pada orang dewasa).
“Beberapa laporan kasus bahkan menemukan penderita anak tanpa gejala atau dengan gejala ringan, memiliki viral load yang tinggi,” imbuh dr. Dewi, mengutip Husada D., Covid-19: Epidemiologi, Dalam: Covid-19 pada Anak dari Perspektif Infeksi. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI, 2020.
Viral load, seperti dikutip dari Times of India, mengacu pada jumlah materi genetik (biasanya RNA) dari virus yang ada dalam darah orang yang terinfeksi. Dinyatakan sebagai jumlah total partikel virus yang ada dalam setiap mililiter darah. Nilai viral load yang lebih tinggi dalam darah menunjukkan bahwa virus bereplikasi dan infeksi masih berlangsung.
Kemampuan Viral Clearance Berbeda
Pada kasus Kai dan Ken, meski sama-sama tidak bergejala, Kai sudah menunjukkan hasil negatif setelah dua minggu menjalani isoman. Berbeda dengan adiknya, Ken, yang hasil PCR-nya masih menunjukkan positif.
Secara hipotesis, dijelaskan oleh dr. Dewi, hal ini dikarenakan masing-masing anak memiliki kemampuan viral clearance yang berbeda. “Kemampuan ini akan bergantung pada konsentrasi reseptor ACE2, jumlah limfosit, dan lain sebagainya,” ujar spesialis anak dari RS Carolus Serpong ini.
ACE2 atau angiotensin converting enzyme 2, seperti dikutip dari situs Farmasi UGM, adalah enzim yang menempel pada permukaan luar sel-sel di beberapa organ tubuh seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus. Terkait dengan virus SARS-CoV-2, virus ini dapat masuk ke sel inangnya, berikatan dengan ACE2 sebagai reseptornya.
Ikatan dengan reseptor ACE2 ini yang akan membantu virus tersebut masuk ke dalam sel inangnya. Yang menarik, hasil temuan menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat mengenali reseptor ACE2 manusia secara lebih efisien, yang menyebabkan lebih tingginya kemampuan virus ini untuk menular dari manusia ke manusia.
Secara umum bisa dikatakan bahwa seseorang dengan kadar ACE yang tinggi disertai kapasitas regenerasi yang lebih tinggi, serta sistem imun yang lebih kuat, akan mampu mengeliminasi virus secara lebih efektif. Hanya saja, kondisi ini terbatas pada penelitian dan tidak mungkin diperiksa secara klinis sehari-hari.
CT Rendah Viral Load Tinggi
Pada hasil pemeriksaan Ken, selain hasil PCR masih positif, CT-nya bernilai 35. PCR, dijelaskan dr. Dewi, merupakan salah satu pemeriksaan biologi molekuler yang bertujuan untuk mendeteksi materi genetik virus RNA. Namun perlu diingat bahwa PCR ini hanya menunjukkan RNA virus yang terdeteksi, tidak selalu mengindikasikan virus yang hidup (viable).
Pada teknik ini dikenal istilah cycle threshold (CT) yang merupakan jumlah siklus replikasi yang diperlukan untuk menghasilkan sinyal fluoresens. Angka CT yang rendah menunjukkan viral load RNA virus yang lebih tinggi.
Secara klinis, angka CT yang lebih kecil dari 40 ditetapkan sebagai PCR positif. Hanya saja, hal ini akan tergantung pada spesifikasi alat yang digunakan laboratorium.
“Mengingat hasil PCR masih menunjukkan hasil positif, yang berarti masih terdeteksinya virus RNA dalam tubuh pasien, dan pandemi masih berlangsung, maka untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien tetap wajib isolasi mandiri,” tegas dr. Dewi.
Ada tips dari dr. Dewi bagi orang tua yang anaknya terkena Covid-19:
1. Bila anak tidak memiliki gejala atau gejalanya ringan, memungkinkan untuk menjalani isolasi mandiri di luar fasilitas kesehatan. Sejauh kasus yang ditanganinya, belum ada anak yang mengalami Covid-19 sendirian di dalam satu keluarga. Selalu ada orang dewasa terdekat atau pengasuh yang positif, sehingga sisi baiknya akan memudahkan perawatan isolasi mandiri bagi pasien anak.
2. Selalu memastikan asupan nutrisi dan vitamin yang cukup untuk anak. Suplemen vitamin D misalnya, diketahui berperan dalam imunitas.
3. Upayakan sirkulasi dan ventilasi rumah baik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi viral load yang mungkin terjadi saat kontak tanpa masker.
4. Seandainya anak masih positif tetapi anggota keluarga lain sudah negatif, orang yang mengasuh anak diharapkan memakai alat pelindung diri (menggunakan masker dengan baik dan benar) saat kontak dengan anak maupun menangani feses anak. Karena diketahui adanya viral shedding dalam droplet dan feses pasien. (dys)