sehatnews.id – Sejak akhir 2019 dunia jatuh dalam kondisi yang digambarkan sebagai “situasi seperti perang” karena pandemi yang disebabkan oleh coronavirus 2 atau SARS-CoV-2, atau akrab disebut Covid-19 yang membuat jutaan penderitanya mengalami gangguan pernapasan akut yang parah.
Selain itu, pandemi ini telah menjatuhkan ekonomi secara global dan mengakibatkan ratusan ribu kematian.
Pada awal tahun 2021, vaksin telah dikerahkan, tetapi sebelum populasi dapat divaksinasi secara memadai, maka perawatan yang efektif tetap menjadi kebutuhan.
Oleh sebab itu, selain penelitian cepat mengenai obat-obatan baru, para ilmuwan juga telah mengeksplorasi gudang obat-obatan mereka yang ada dalam upaya menemukan apa pun yang dapat bekerja melawan Covid-19.
Beberapa obat yang disetujui, seperti hydroxychloroquine, lopinavir, dan interferon, telah digunakan secara klinis untuk melawan Covid-19 tanpa menetapkan kemanjuran klinisnya dengan baik akibat tingkat keparahan pandemi.
Percobaan acak belum mampu menghasilkan konsensus tentang kemanjuran obat ini.
Sejauh ini hanya remdesivir yang telah disetujui untuk penggunaan klinis melawan Covid-19 yang parah, meskipun kemanjurannya masih diperdebatkan.
Belum lama ini tim ilmuwan yang terdiri dari Dr. Koichi Watashi, Kaho Shionoya, Masako Yamasaki, Dr. Hirofumi Ohashi, Dr. Shin Aoki, Dr. Kouji Kuramochi, dan Dr. Tomohiro Tanaka dari Tokyo University of Science, bersama dengan ilmuwan dari National Institute of Infectious Diseases, Kyushu University, University of Tokyo, Kyoto University, Japanese Foundation for Cancer Research, and Science Groove Inc, telah mengidentifikasi obat antimalaria, mefloquine (yang kebetulan merupakan turunan hydroxychloroquine) efektif melawan SARS-CoV-2.