sehatnews.id – Di tengah kedukaan atas banyak masyarakat yang sakit parah dan meninggal karena Covid-19, terdengar berita korupsi dan bantuan sosial. “Moralitas masyarakat kita ini sangat rendah sekali. Dana bansos dikorupsi. Tes antigen dipalsukan. Saya khawatir tes PCR juga dipalsukan. Kemudian orang-orang menjual obat seenaknya,” ungkap Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., dalam obrolan santai sejumlah dokter Indonesia mengenai Covid-19 secara daring, belum lama ini.
Obat untuk menangani Covid-19 pun sejatinya sudah jelas jika mengacu pada Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration. “Tetapi ada sejumlah kalangan yang seenaknya menjual obat-obat herbal yang belum terbukti mengobati Covid-19,” ujar Guru Besar dari Universitas Udayana ini.
Mengubah hal seperti ini tentu tidak mudah. “Apalagi kemudian moralitas yang bobrok itu ditunggangi kepentingan politik yang bertujuan menghambat program pemerintah,” imbuhnya.
Ketidaktaatan masyarakat ini menjadi persoalan tersendiri. “Vaksin ditentang, obat yang sudah jelas tidak dipakai, malah pakai kalung minyak kayu putih dan obat herbal yang tak jelas. Kemudian tidak mau pakai masker dan tetap kumpul-kumpul, pesta pora berjoged bersama,” katanya.
Lalu Ivermectin yang masih menjalani uji klinis pun ramai-ramai diborong untuk mengobati Covid-19. “Padahal mereka tidak paham apa itu uji klinis,” Prof. Wimpie.
“Kita ini berada di era post truth. Saat ini semua orang merasa pintar karena ada mesin pencari di internet. Dengan modal itu, mereka dengan entang menertawakan pandangan dokter. Pandangan dokter dengan mudah dimentahkan oleh satu atau dua testimoni orang,” ujar Dr. Iqbal Mochtar, yang berpraktik di Qatar dan urun pendapat pada forum yang sama. (lin)