sehatnews.id – Orang yang sudah divaksin dua kali ternyata masih berisiko tertular Covid-19. Demikian menurut sebuah studi baru yang diterbitkan oleh Imperial College London. Namun orang yang divaksin terbukti tiga kali lipat lebih rendah terkena Covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin.
“Penemuan ini mengonfirmasikan data sebelumnya bahwa kedua dosis vaksin memberikan perlindungan yang baik dari infeksi,” ujar Paul Elliott, Direktur Program Penelitian dan profesor di Imperial’s School of Public Health.
Namun demikian, katanya, kami juga masih melihat ada risiko infeksi berhubung tak ada vaksin yang 100 persen efektif. Para penelitia ini memahami bahwa orang yang sudah dua kali divaksin masih dapat tertular Covid-19.
“Jadi kendati sekarang pembatasan dilonggarkan, kita masih harus waspada untuk melindungi satu sama lain dan menurunkan tingkat infeksi,” lanjutnya.
Penemuan terkini ini didapat dari studi terhadap populasi Inggris. Studi ini meneliti lebih dari 98.000 usapan yang dilakukan antara 24 Juni – 12 Juli.
Ketika itu satu dari 158 orang (0,63%) terinfeksi Covid-19. Ini berarti empat kali lipat peningkatan dari awal Juni. Angka serupa juga terlihat pada Oktober 2020 dan Januari 2021. Di antara 254 sampel yang dijajarkan, varian Delta meliputi 100 persen, dibandingkan 80 persen pada laporan di Juni.
Orang yang tak divaksin memiliki prevalensi tiga kali lipat terkena Covid-19 dibandingkan orang yang divaksin. Tingkat prevalensi di kalangan mereka yang tak divaksin ini 1,21 persen dibandingkan dengan 0,4 persen di kalangan yang divaksin. Kedua grup itu mengalami lebih dari lima kali lipat peningkatan infeksi dibandingkan laporan pada Juni.
Berdasarkan angka-angka tersebut penelitian memperkirakan orang yang sudah dua kali vaksin dalam grup penelitian memiliki 50-60 persen pengurangan risiko terkena infeksi, termasuk di antaranya kasus-kasus tanpa gejala dibandingkan dengan orang yang tak divaksin.
“Varian Delta dikenal sangat menular. Alhasil, kami dapat melihat dari data kami bahwa infeksi juga terjadi pada orang yang sudah dua kali divaksin. Kami perlu lebih mengerti lebih jauh seberapa menular orang yang sudah dua kali divaksin ketika tertular Covid-19. Dengan demikian kami dapat memprediksi situasi di bulan-bulan mendatang,” ujar Steven Riley, profesor penyakit infeksi dari Imperial’s School of Public Health. (lin)